Potret Kehidupan Anak Jalan
Anak jalanan atau biasa disingkat Anjal, begitu kita
menyebutnya, merupakan potret kehidupan anak-anak yang kesehariannya sudah
akrab di jalanan. Kota-kota besar yang menjadi magnet atau daya tarik bagi para
pendatang telah membentuk beragam lapisan kehidupan sosial. Diantaranya bagi
golongan yang tidak memiliki skils atau keahlian menyebabkan tumbuhnya
kantong-kantong kemiskinan para pendatang. Seperti di ibukota RI Jakarta,
kantong-kantong kemiskinan yang tersebar di ibukota telah melahirkan generasi
anak-anak jalanan.
Mereka mengais rejeki di tengah kerasnya kehidupan
metropolitan seperti mengamen, mencari barang-barang bekas, menarik gerobak
air, mengemis, dan lain-lain
Berdasarkan data dari Dinas Sosial DKI Jakarta, jumlah anak
jalanan pada tahun 2009 sebanyak 3.724 orang, tahun 2010 meningkat menjadi
5.650 orang, dan pada tahun 2011 ini juga meningkat menjadi 7.315 orang. Angka
yang fantastik! dan terus bertambah tiap tahun seiring perkembangan kota
Jakarta.
Mereka yang tergolong kecil dan masih dalam tanggung jawab
orang tuanya harus berjuang meneruskan hidup sebagai anak jalanan dan terkadang
mereka berjuang sendiri untuk meneruskan pendidikannya, seperti yang dilakukan
Deny yang memiliki cacat fisik. Setiap harinya ia menyususur jalanan di ibukota
sambil belajar di atas gerobak kayu kecil. Atau Anto anak berusia 5 tahun yang
setiap harinya menemani ibunya mengais buah-buah busuk yang sebagian untuk dikonsumsi
sendiri dan sebagian dijual.
Mereka adalah potret orang-orang marginal di ibukota.
Mereka menjalaninya setiap hari sebagai dampak dari kemiskinan orang tuanya.
Namun mereka tetaplah anak-anak dengan keceriaan dan kepolosannya. Di tengah
pahit getirnya kehidupan, mereka tetap riang, gembira, tertawa polos seperti
saat mereka bertemu salah satu petinggi negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar